“Selamat ulang
tahun, kadonya nyusul ya. Kadonya tar aku anterin kesana sama akunya” Ucapnya
serius. Selang beberapa hari, di awal bulan Maret ia datang menemuiku bersama
kedua orangtuanya. Kaget bukan? Aku bengong dan berbicara pada ibu bahwa
pacarku akan kesini bersama kedua orang tuanya. Ibu pun ikut bingung dan
menyuruhku untuk menjemputnya segera di bandara, ditemani supir.
Aku menyambut
kedatangannya dengan rasa senang, terkenang betapa aku rela menunggu waktu demi
waktu untuk bisa bertemu dengannya. Tuhan terimakasih atas kado yang indah ini,
kado yang lebih dari cukup. Aku duduk disamping mamah, ibu pacarku. Dia
tersentak melihat aku, aku pun tak tahu apakah dia menyukaiku pada saat itu?
“Ih si eneng, tinggi ya.. cantik. Masih sekolah? Kirain udah kuliah.” Mamah tampak
mengintogerasiku.
Pertama, tujuan
utama kami adalah rumah. Disana ibu sudah menyiapkan makanan yang banyak, tak
luput dari makanan khas Palembang, pempek. Disana dia memberiku kado lagi,
isinya baju bewarna merah, cd kompilasi lagu-lagu band indie juga barat dan
baju kaos couple. Dia memang selalu memberikan kado kecil kepadaku, sekalipun
aku tidak sedang ulang tahun. Mulai dari gambar tempel yang diiringi surat
serta puisi, hingga lagu hasil aransemennya sendiri. Dibalik sikapnya yang
posesif, dia memang selalu memanjakanku.
Kedua, kami
bertujuan ke Jembatan Ampera. Kami menelusuri pasar 16 untuk menemui teman
mamah yang berjualan disitu lalu memilih barang-barang yang ternyata mahal,
jauh banget dengan harga di Bandung. Kami berdua berjalan dan sesekali berfoto
dan merekam acara indah ini. Setelah lelah mengitari pasar kami pun mencicipi
masakan khas dikota ini, pindang patin.
Siangnya kami
kembali ke rumah untuk shalat dzuhur dan berbicara kecil. Aku tak tahu sedang
membicarakan apa antara ibu dan papah, mamahnya. Aku hanya disibukan dengan
tawa disela pembicaraan kami berdua. Oh ya, aku membuka kado dari seorang teman
yang menyukaiku didepannya. Isi kado tersebut sandal rumah sapi dan pas foto
kecil, lucu. Dia agak sedikit cemburu tapi apalah daya dia hanya mengingatkanku
untuk terus menjaga hati.
Tak terasa,
sebentar lagi sore tiba. Kepulangannya pukul 17.00 hari ini, padahal dia baru
saja datang pukul 08.30 pagi tadi. Sedih kan ya. Mau bagaimana lagi, walaupun
hanya sebentar tapi itu sangat berarti buatku. Lalu aku mengatarkan mereka ke
bandara, berat sekali rasanya harus berpisah.
Sayang sekali
hubungan kami pun kandas, semuanya mutlak salahku. Aku yang saat itu masih
labil dan ingin kebebasan, lebih memilih meninggalkan dia dengan segala
ketulusan yang ia berikan. Hampir setahun, namun tak genap setahun. Kini ia
sudah memiliki kekasih dan yang aku tahu mereka berencana untuk segera menikah.
Aku bahagia sekarang dia menemukan orang yang tepat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita ini dibuat sekitar bulan Oktober 2012
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita ini dibuat sekitar bulan Oktober 2012
No comments:
Post a Comment